Lubang Maut Kandawati Telan Korban, Warga Sindir Pemerintah: “Hanya Pandai Berduka di Depan Kamera”

SUARAGEMPUR.COM | TANGERANG — Kematian tragis Hendi Subeki atau Hendicon di kolam bekas galian tanah Desa Kandawati, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang, memunculkan amarah dan kekecewaan mendalam di tengah masyarakat. Korban ditemukan meninggal dunia pada Rabu malam, 10 Desember 2025, sekitar pukul 21.50 WIB, setelah tim SAR gabungan melakukan pencarian intensif selama lima jam, Kamis (11/12/2025).

Tragedi ini kembali membuka luka lama yang selama ini dirasakan warga. Bekas galian tanah yang dibiarkan menganga tanpa pengamanan dianggap sebagai ancaman serius yang sudah bertahun-tahun diabaikan. Lubang-lubang besar yang terisi air hujan itu telah menjadi keresahan publik, namun tak satu pun upaya signifikan dilakukan pemerintah untuk menutup atau mengamankan lokasi tersebut.

Kematian Hendicon memunculkan pertanyaan besar: siapa yang bertanggung jawab? Di tingkat desa, masyarakat menilai kepemimpinan tidak mampu mengambil langkah tegas untuk menutup atau memberi tanda pengamanan di sekitar area galian. Kepala Desa Kandawati dianggap gagal melindungi warganya karena membiarkan lokasi tersebut tetap terbuka dan berpotensi menjadi lokasi kecelakaan.

Ketidakpuasan warga juga diarahkan kepada tingkat kecamatan. Camat Gunung Kaler dinilai selama ini tutup mata terhadap aktivitas galian tanah yang diduga tidak berizin. Pembiaran yang berlangsung lama dianggap mencerminkan lemahnya pengawasan serta ketidakpedulian terhadap keselamatan warga.

Di tengah suasana duka, kritik dari masyarakat semakin keras. Banyak yang mempertanyakan apakah satu nyawa dapat ditebus hanya dengan ucapan belasungkawa para pejabat. Bagi warga, sikap itu dianggap sekadar tampil di depan kamera, tanpa adanya langkah nyata untuk mencegah tragedi serupa.

Ironi semakin terasa ketika pemerintah baru muncul setelah korban meregang nyawa. Bagi masyarakat, tindakan tersebut dianggap tidak lebih dari pencitraan, bukan penyelesaian atas masalah yang telah lama terjadi.

Pernyataan keras juga datang dari masyarakat berinisial FH, yang mengecam keras seluruh jajaran pemerintahan. “Dari kepala desa, camat, sampai pemerintah Kabupaten Tangerang, semuanya harus bertanggung jawab. Mereka tidak mampu menjaga lingkungan, tidak mampu melindungi masyarakat. Masalah galian ini sudah lama kami keluhkan, tapi tidak pernah ada tindakan. Baru bergerak ketika sudah ada korban. Ini kelalaian yang tidak bisa lagi ditoleransi,” tegas FH.

Meninggalnya Hendicon kini menjadi simbol kelalaian struktural dalam pengawasan aktivitas galian tanah di Kabupaten Tangerang. Masyarakat mendesak pemerintah melakukan tindakan nyata, mulai dari penutupan total galian ilegal, pengamanan seluruh bekas galian, hingga evaluasi menyeluruh terhadap proses pengawasan dari tingkat desa hingga kabupaten. Tanpa langkah konkret, warga meyakini tragedi serupa hanya tinggal menunggu waktu.

Tragedi ini seharusnya menjadi titik balik. Bukan lagi waktu untuk sekadar menyampaikan belasungkawa, tetapi saat bagi pemerintah untuk benar-benar bertindak, hadir lebih awal, dan melindungi masyarakat dari ancaman yang selama ini dibiarkan.

Redaksi : suaragempur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

NO COPY