SUARAGEMPUR.COM | Lampung Timur — Para petani singkong di wilayah Lampung Timur kembali mengeluhkan rendahnya harga jual hasil panen mereka. Saat ini, harga singkong di tingkat pabrik hanya berkisar Rp 1.350 per kilogram, namun dengan potongan kadar pati (rendemen) yang mencapai 37% hingga 44%, petani hanya menerima Rp 500 per kilogram. Kondisi ini dinilai sangat merugikan dan membuat banyak petani berada di ambang keputusasaan. Sabtu (12/7/2025).
Menurut para petani, anjloknya harga singkong tidak lepas dari kebijakan pemerintah pusat yang membuka keran impor aci tapioka secara besar-besaran. Kebijakan tersebut dianggap tidak berpihak kepada nasib petani lokal yang menggantungkan hidup dari budidaya singkong.
“Saat ini kami tidak hanya sulit untuk balik modal, tapi juga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Harga singkong semakin jatuh, sementara biaya produksi terus naik. Jelas kami sangat terpukul,” ungkap Robiansah, seorang petani singkong di Kecamatan Jabung, Lampung Timur. Ia juga menyebut bahwa dengan harga jual sebesar itu, petani lebih banyak mengalami kerugian daripada keuntungan.
Kebijakan impor yang dikeluarkan tanpa mempertimbangkan dampak terhadap petani lokal menuai kritik tajam. Petani menilai pemerintah lebih mementingkan industri dan perdagangan daripada keberlangsungan pertanian rakyat kecil. Padahal, singkong merupakan komoditas strategis yang menopang ekonomi banyak desa di Lampung Timur.
Melalui keluhan ini, para petani berharap pemerintah pusat segera mengevaluasi kebijakan impor aci tapioka dan mengambil langkah konkret untuk melindungi harga jual singkong lokal. Beberapa tuntutan yang mereka suarakan antara lain:
✓Pengendalian volume impor aci tapioka agar tidak membanjiri pasar domestik.
✓Penetapan harga dasar singkong yang layak dan menguntungkan petani.
✓Pengawasan ketat terhadap sistem rendemen di pabrik, agar potongan tidak merugikan sepihak.
✓Dukungan subsidi atau insentif produksi untuk meringankan beban petani.
“Kami tidak menolak persaingan, tapi pemerintah harus hadir dan adil. Jangan biarkan petani menjadi korban dari kebijakan yang tidak berpihak,” tutup Robiansah penuh harap.
Pemerintah daerah maupun pusat diharapkan segera merespons kondisi ini dengan langkah nyata, bukan sekadar janji. Karena di balik setiap karung singkong yang terjual murah, ada keluarga petani yang menggantungkan harapan hidupnya.
Redaksi : Suaragempur.com