×

Rumah Reyot Bapak Saram, Bukti Dugaan Abainya Pemerintah Desa Kemuning

Rumah Reyot Bapak Saram, Bukti Dugaan Abainya Pemerintah Desa Kemuning

Kabupaten Tangerang | suaragempur.com – Kondisi rumah Bapak Saram dan Ibu Suwami di Kampung Sondol RT 10/03, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, sungguh memprihatinkan. Rumah mereka yang berdinding bilik berlubang dan beratap bocor tampak jauh dari layak huni. Dugaan ketidakpedulian pemerintah desa dan kecamatan terhadap keluarga ini mengundang tanya besar.

Anggota LMPI dan wartawan media suaragempur.com yang datang ke lokasi dibuat terhenyak. Setiap malam, keluarga ini harus melawan dinginnya angin yang menerobos lubang di dinding rumah. Ketika hujan, mereka berjibaku dengan air yang merembes masuk akibat atap yang bocor. Kondisi ini mempertegas dugaan bahwa keluarga Saram belum tersentuh bantuan atau perhatian yang memadai.

Sekjen LMPI Kabupaten Tangerang, Rizal, tak segan melontarkan kritik tajam. “Kalau ini bukan gambaran dugaan abainya pemerintah, lalu apa? Apakah harus menunggu korban jiwa dulu untuk bertindak?” katanya dengan nada menyentil. Menurutnya, kondisi rumah Bapak Saram adalah cerminan nyata dari lemahnya respons pemerintah terhadap warga miskin di wilayahnya.

Dugaan kelalaian pemerintah Desa Kemuning dan Kecamatan Kresek semakin mencuat, mengingat program bantuan sosial kerap digaungkan di berbagai media. Lalu, mengapa keluarga Saram seolah luput dari perhatian? Apakah keluarga ini tidak masuk dalam daftar prioritas penerima bantuan? Atau, ada masalah dalam pendataan dan distribusi?

Pemandangan rumah reyot yang dihuni oleh keluarga Saram seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah setempat. Dalam wawancara, warga sekitar menyatakan bahwa kondisi ini bukan hal baru. “Sudah bertahun-tahun seperti ini. Tapi, bantuan seperti cuma jadi janji-janji saja,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Ironisnya, dugaan ketidakpedulian ini terjadi di tengah berbagai program pemerintah yang digembar-gemborkan untuk mengentaskan kemiskinan. Apa gunanya alokasi anggaran desa jika keluarga seperti Saram masih terpinggirkan? Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: ke mana larinya dana tersebut?

Kritik terhadap pemerintah Desa Kemuning dan Kecamatan Kresek tidak hanya sebatas pada dugaan pengabaian ini, tetapi juga menyentuh soal akuntabilitas. Rizal dari LMPI mendesak agar segera ada tindakan nyata. “Jangan hanya menunggu laporan media atau kunjungan pejabat untuk bergerak. Mereka juga manusia yang punya hak hidup layak,” tegasnya.

Kisah miris Bapak Saram ini diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama pemerintah. Dugaan kelalaian tidak bisa terus dibiarkan tanpa jawaban dan tindakan. Masyarakat berharap, setelah kabar ini mencuat, ada langkah konkret yang benar-benar memberikan solusi, bukan sekadar janji yang kembali hilang di tengah angin malam.

(Oim)

Post Comment

Dilarang Copy Paste