SUARAGEMPUR.COM | Kabupaten Tangerang – Warga Kampung Ciapus RT 03/01, Desa Cangkudu, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, kian geram dengan dampak pembangunan Rumah Sakit Suci Paramita yang telah berlangsung selama enam bulan. Getaran dari aktivitas pemancangan, menimbulkan tembok dan lantai rumah warga retak, kebisingan tak kenal waktu, serta polusi udara dari proyek ini telah membuat kehidupan warga terganggu. Namun hingga kini, pihak rumah sakit bungkam, seolah-olah menutup mata terhadap keluhan masyarakat.
Warga merasa hak mereka diabaikan. Setiap hari, mereka harus berhadapan dengan bisingnya alat berat, debu yang berterbangan, dan getaran yang mengancam kenyamanan rumah mereka. “Kami ini manusia, bukan batu yang bisa diam terus-terusan. Enam bulan kami menahan dampak ini tanpa sedikit pun kompensasi. Mana perhatian dari rumah sakit?” ujar Rosid, salah satu warga terdampak, dengan nada penuh kekecewaan.
Tak hanya itu, ibu-ibu di lingkungan tersebut juga mengeluhkan jam kerja proyek yang tak menentu. “Malam pun masih berisik! Tidur gak nyenyak, anak-anak rewel, tapi gak ada itikad baik dari mereka. Jangan sampai kami turun ke jalan buat didengar!” geram seorang ibu rumah tangga yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi keluhan warga, Camat Balaraja Willy Patria, SE., MSi., mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memediasi tuntutan warga dan memastikan ada tindak lanjut dari pihak rumah sakit. “Bilangin sama warga, secepatnya bakal ada pertemuan dengan pihak rumah sakit,” kata Willy melalui sambungan WhatsApp.
Namun, warga masih kurang percaya. Sudah terlalu lama mereka bersabar, dan janji pertemuan tanpa kepastian hanya akan semakin memancing amarah. Warga mendesak agar pihak rumah sakit segera turun langsung ke lapangan, melihat dampak yang mereka timbulkan, dan memberikan solusi konkret sebelum keresahan berubah menjadi aksi protes yang lebih besar.
“Jangan hanya janji! Kami butuh kepastian, bukan omong kosong!” tandas seorang warga dengan nada tinggi.
Kini, bola ada di tangan RS Suci Paramita. Akankah mereka bertindak cepat sebelum ketegangan semakin memuncak, atau justru membiarkan ketidakpuasan warga berubah menjadi aksi nyata di lapangan?
(Tim/Red)