Kabupaten Tangerang || suaragempur.com – Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Day) yang diperingati setiap 24 Oktober selalu menjadi momen penting bagi seluruh dunia untuk merefleksikan kontribusi lembaga ini dalam menjaga perdamaian dan keamanan global. Tahun ini, momen tersebut terasa semakin mendesak, mengingat krisis kemanusiaan yang terjadi di wilayah Palestina, Gaza, dan Lebanon, yang hingga kini terus dikepung oleh kekerasan yang dipimpin oleh Israel.
Sebagai lembaga internasional yang didirikan pada tahun 1945 pasca Perang Dunia II, PBB telah mencapai usia matang untuk memikul tanggung jawab besar dalam mengatasi konflik global. Namun, harapan banyak pihak masih terasa jauh, terutama ketika berbagai media internasional dan nasional terus menyajikan berita tentang pembantaian yang menimpa ribuan warga sipil, termasuk anak-anak tak berdosa.
Peran PBB dalam menciptakan perdamaian dunia kini sedang dipertanyakan. Di tengah hiruk-pikuk diplomasi global, pertanyaan besar muncul: Apakah PBB sudah mengambil langkah yang cukup tegas untuk menghentikan kekerasan yang telah berlangsung lama di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Palestina? Pertanyaan ini menjadi sangat relevan mengingat jumlah korban jiwa terus bertambah dan kerusakan infrastruktur di Gaza dan Lebanon kian parah.
Di Indonesia, kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membawa harapan baru. Sebagai seorang jenderal militer yang memahami betul dampak dari peperangan, Prabowo diharapkan dapat menggunakan pengaruh politiknya di panggung internasional untuk mendorong resolusi perdamaian yang lebih cepat. Dengan sejarah panjang Indonesia sebagai negara yang mendukung kemerdekaan Palestina, kontribusi aktif dari Indonesia dalam forum internasional seperti PBB sangat dinantikan.
Indonesia, yang memiliki pengalaman dalam misi perdamaian dunia melalui Garuda Contingent di berbagai konflik global, juga diharapkan mampu meningkatkan peranannya dalam upaya menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Harapan ini selaras dengan komitmen Prabowo yang sejak lama menyuarakan perdamaian global sebagai prioritas diplomasi luar negerinya.
Mirisnya, di tengah semua kekerasan ini, anak-anak menjadi korban paling rentan. Data terbaru dari laporan kemanusiaan menunjukkan bahwa ratusan anak Palestina tewas atau terluka dalam serangan yang terjadi di Gaza dan Lebanon. Generasi muda yang seharusnya belajar dan tumbuh dalam kedamaian, terpaksa hidup di bawah bayang-bayang peperangan yang berkepanjangan. Trauma yang mereka alami akan membentuk masa depan yang penuh luka dan dendam.
Keterlibatan aktif masyarakat dunia, termasuk Indonesia, dalam menekan Israel untuk menghentikan agresi militer adalah langkah penting menuju solusi damai. Di sinilah peran PBB sebagai mediator global menjadi sangat krusial. PBB diharapkan lebih berani dalam mengambil tindakan nyata, bukan hanya sekedar mengeluarkan resolusi atau kecaman tanpa efek konkret. Keputusan yang tegas perlu diambil untuk menyelamatkan ribuan nyawa yang masih terancam.
Kepemimpinan Prabowo dan Gibran, dengan latar belakang militer yang kuat, membawa harapan bagi banyak pihak bahwa Indonesia akan lebih proaktif dalam menyuarakan perdamaian, baik di PBB maupun di forum-forum internasional lainnya. Indonesia harus tetap berada di garda terdepan sebagai negara yang mendukung hak-hak Palestina dan berjuang untuk menghentikan semua kekerasan yang terjadi.
Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perdamaian dunia adalah tanggung jawab bersama. Seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah hingga individu, harus terus mengupayakan langkah-langkah konkret agar dunia ini menjadi tempat yang lebih aman dan damai untuk generasi mendatang.
Redaksi
Post Comment